Senin, 27 Juni 2016

Kiat Mengembangkan Bisnis Lewat Media Online

Dalam upaya mendongkrak angka penjualan, seorang pelaku usaha tentunya melakukan promosi secara gencar untuk berusaha mengenalkan produknya agar dapat diketahui oleh masyarakat luas. Pada kenyataannya sebuah produk yang dijual memang harus lebih banyak di kenal oleh semua lapisan masyarakat, agar semakin banyak yang tahu. Berbagai cara promosi pun dilakukan seperti lewat banner, spanduk, mengiklankan produk lewat radio televisi lokal dan berbagai media promosi lainnya.

Seorang Pelaku bisnis tentunya sangat berharap agar promosi yang dilakukan dan sudah banyak makan biaya ini mampu meresap dan diingat di berbagai kalangan masyarakat. Namun sayangnya, promosi yang dilakukan terkadang efektif dan tak jarang yang sama sekali kurang efektif. Melihat kondisi pasar saat ini, seseorang tentunya harus jeli dalam mengambil peluang dalam berpromosi. Cara-cara lama seperti lewat tulisan, poster, selebaran dal lain sebagainya nampaknya harus dipikirkan lagi cara lain yang lebih efektif.

Promosikan usaha atau barang dagangan lewat internet

Membesarkan sebuah bisnis dengan berpromosi seperti yang dicontohkan di atas, tentu efektifitasnya akan sangat lama dirasakan. Maka kini saatnya kita merubah pola atau cara berpromosi yang konfensional tersebut dengan cara baru. Salah satu cara yang efektif adalah berpromosi lewat media internet atau berpromosi via online.

Mengapa harus media online yang kita pilih? Karena media online ini semakin banyak penggunanya di seluruh indonesia bahkan dunia. Budaya berbelanja masyarakat saat ini memang unik, mereka terkadang lebih suka berbelanja tanpa harus repot-repot ke luar rumah.



Dengan menemukan barang-barang yang dicari lewat internet, dan melakukan pembayaran via online, maka seseorang pun bisa dengan mudah mendapatkan barang yang dibelinya tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Mengenalkan barang dagangan kita lewat internet bisa sangat efektif bila sasaran yang kita bidik adalah tepat. Namun kita tentunya harus banyak belajar mengenai seluk beluk berpromosi via online ini.

Media sarana berpromosi gratis

Media jejaring sosial seperti facebook dan twitter bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Memiliki banyak teman di facebook maupun twitter akan sangat menguntungkan bagi kita. Kita bisa memajang gambar barang dagangan kita dengan gratis di sana. Memang tidak langsung efektif, namun semakin luas jangkauan kita, maka akan semakin besar peluang kita merangkul lebih banyak konsumen. Jadi tinggal bagaimana keseriusan kita dalam membidik konsumen.

Ilustrasi dari bisnis baju batik

Kita ambil contoh misalnya mempunyai barang dagangan berupa batik asli pekalongan. Bila kita pajang di toko, maka kita akan menunggu orang datang ke toko kita dan kemudian melihat-lihat namun terkadang membeli terkadang juga tidak. Nah.. jumlah pengunjung yang datang ke toko kita tentunya terbatas, maka dengan berpromosi via online dapat menambah jumlah orang yang melihat barang dagangan kita. Pasar kita pun menjadi semakin luas, dan kemungkinan untuk menjual barang dagangan kita pun menjadi lebih besar.

Sabtu, 25 Juni 2016

6 Kesalahan Berbisnis On-line via Facebook

Banyak tulisan di media massa tentang tips-tips berbisnis on-line melalui media massa, terutama Facebook. Tips-tips tersebut memiliki satu inti yang sama, yaitu bagaimana meningkatkan penjualan melalui posting. Pasalnya, ada hal-hal yang seharusnya tidak dimuat Netpreneur di akun Facebook-nya, baik karena alasan justru akan mengurangi penjualan maupun karena alasan kebijakan Facebook dalam melakukan posting.
Menurut Sameer Panjwani, CEO sebuah konsultan media sosial, sedikitnya ada enam kesalahan yang seringkali dilakukan Netpreneur saat berbisnis on-line melalui Facebook. Kesalahan-kesalahan tersebut mencakup:

  1. Mengabaikan media sosial selain Facebook
Tidak diragukan, Facebook adalah salah satu media sosial terbesar di dunia maya. Namun, bukan berarti Netpreneur harus mengabaikan media sosial lainnya. Untuk beberapa tipe bisnis, media sosial non-Facebook mungkin lebih cocok. Contohnya, bisnis media massa atau kampanye sebuah tren akan lebih cocok bila dilakukan di Instagram, atau perusahaan headhunting yang lebih cocok menggunakan LinkedIn.

Netpreneur harus memiliki akun di berbagai media sosial, kemudian mengkaji ulang di media sosial mana mayoritas calon buyer potensialnya berasal. Jika bisnis Netpreneur lebih berprospek di media sosial non-Facebook, mengapa tetap melakukan posting di Facebook? Ini jelas akan membuat pemasaran produk dan jasa seller menjadi tidak efektif.

2“Malas” meng-automate nofitikasi

Ada banyak aplikasi seperti Hootsuite dan SproutSocial yang bisa digunakan Netpreneur tiap kali ada notifikasi dari akun media sosialnya. Aplikasi semacam ini penting karena calon buyer bisa berasal dari belahan dunia yang berbeda dari tempat seller berada. Jika zona waktu antara buyer dan seller berbeda, maka transaksi on-line pun akan terhambat. Aplikasi-aplikasi untuk meng-automate notifikasi ini memudahkan Netpreneur dalam mengetahui kapan calon buyer dari negara lain aktif di dunia maya .

3 .Melakukan posting sebanyak dan sesering mungkin
Hal ini sering dilakukan Netpreneur dengan alasan akan menaikkan brand awareness. Di media sosial, semakin sering sebuah akun atau fanpage melakukan posting, maka semakin besar kemungkinan akun tersebut dianggap sebagai spammer. Netpreneur sebaiknya melakukan posting dalam jumlah yang wajar, yaitu 2-3 posting per harinya. Jika lebih dari itu, posting dari Netpreneur akan memenuhi linimasa calon buyer. Calon buyer pun akan merasa terganggu.

4.Banyak likes = banyak buyer
Banyak Netpreneur yang beranggapan bahwa kesuksesan bisnis on-line miliknya dapat diukur dari banyaknya likes terhadap akun atau posting yang dilakukan Netpreneur. Tanggapan ini keliru sebab yang diukur dari jumlah likes adalah kuantitas, bukanlah kualitas dari bisnis itu sendiri. Lebih baik memiliki komunitas yang kecil namun terdiri dari calon buyer yang potensial, daripada memiliki jumlah likes yang banyak namun terdiri dari akun-akun yang hanya sekedar nge-share.
Yang menjadi poin penting adalah bagaimana seller melibatkan diri dengan baik bersama komunitasnya, meskipun jumlahnya tidak banyak. Meskipun komunitas atau calon buyer potensial tersebut jumlahnya sedikit, seller perlu menjalin komunikasi yang mendalam agar apa yang diinginkan dan dibutuhkan buyer bisa disediakan oleh seller melalui produk atau jasanya.

5.Cover photo yang terlalu “menjual”
Banyak Netpreneur yang tidak tahu tentang kebijakan memasang cover photo di Facebook untuk berbisnis. Padahal, peraturan-peraturan yang dibuat Facebook tersebut penting diketahui Netpreneur, antara lain larangan memuat informasi harga di cover photo, larangan memuat tulisan ‘book now/order now’, dan larangan menuliskan contact person di cover photo.

6.Konten yang sama di semua akun media sosial
Menulis konten yang sama persis untuk diunggah di semua media sosial Netpreneur memang jelas menghemat waktu. Namun, ini akan menciptakan kesan bahwa Netpreneur tidak bersungguh-sungguh dalam mengurus konten media sosialnya. Netpreneur dapat menggunakan teknik tautan atau link dari satu media sosial ke media sosial lainnya untuk memvariasikan konten.